PEMBAHASAN
2.1. Perkembagan Menurut Teori Erik Erikson
Erikson
menekankan perubahan perkembangan sepanjang siklus kehidupan manusia.
Dalam teori Erikson, 8 tahap perkembangan
terbentang ketika kita melampaui siklus kehidupan. Masing-masing tahap terdiri
dari tugas perkembangan yang khas yang menghadapkan individu dengan suatu
krisis yang harus dihadapi, krisis ini bukanlah suatu bencana, tetapi suatu
titik balik peningkatan kerentanan & peningkatan potensi. Semakin berhasil
individu mengatasi krisis, akan semakin sehat perkembangan mereka. Termasuk
integrasi perkembangan personal, emosional dan sosial, serta implikasinya dalam
proses pembelajaran.
2.1.1. Tahap
Erikson : Basic Trust vs Basic Mistrust (Kepercayaan vs Ketidakpercayaan)
·
Periode
Perkembangan : masa bayi (tahun pertama)
·
Karakteristik
:
Ialah
tahap Psikososial pertama menurut Erikson yang dialami dalam tahun pertama
kehidupan. Suatu rasa percaya menuntut perasaan nyaman secara fisik dan sejumlah
kecil ketakutan serta kekuatiran akan masa depan. Peran orang tua sangat
dibutuhkan untuk tanggap dan peka karena pada tahap ini, individu yang memiliki
rasa percaya cenderung untuk memiliki rasa aman dan memiliki rasa percaya diri
untuk mengeksplorasi lingkungan yang baru. Anak-anak yang memasuki sekolah
dengan rasa tidak percaya dapat mempercayai guru tertentu yang meluangkan banyak
waktu untuk membuat dirinya sebagai orang yang dapat dipercayai.
2.1.2. Tahap Erikson : Autonomy vs Shame and Doubt
(Otonomi vs Rasa Malu dan Ragu-ragu).
·
Periode
Perkembangan : masa bayi (tahun kedua)
·
Karakteristik
:
Setelah
memperoleh kepercayaan diri pengasuh / orangtua mereka, individu mulai
menemukan bahwa perilaku mereka adalah milik mereka sendiri, menyadari kemauan
mereka. Otonomi dibangun atas perkembangan kemampuan mental & motorik
(otonomi = kemandirian).
Bila
tahap ini terlalu banyak dibatasi / dihukum terlalu keras, maka cenderung
mengembangkan rasa malu dan ragu-ragu. Pada usia ini, anak mencoba untuk
mandiri yg secara fisik dimungkinkan oleh kemampuan mereka untuk berjalan, lari
dan berkelana tanpa dibantu orang dewasa lagi. Dengan kebebasan ini, anak masuk
dalam periode menjelajah/eksplorasi. Beberapa hal dapat dicapai dalam periode
ini, seperti keberanian untuk menjelajah, insting untuk menentukan arah
sendiri. Pokoknya pada periode inilah kemampuan anak untuk percaya diri
dikembangkan.
2.1.3. Tahap
Erikson : Initiative vs Guilt (Prakarsa vs Rasa Bersalah)
·
Periode
Perkembangan : masa awal anak-anak (tahun pertama pra-sekolah 3-5 tahun).
·
Karakteristik
Ketika
anak-anak sekolah menghadapi dunia sosial yang lebih luas, mereka lebih
tertantang dan perlu mengembangkan perilaku yang bertujuan untuk mengatasi tantangan-tantangan
ini. Anak-anak belajar berbuat terhadap lingkungannya sebelum ia mampu berpikir
mengenai apa yang sedang ia perbuat / intelegensi dasar dimiliki anak tersebut
kelak. Pada tahap ini anak-anak belajar secara praktis dengan keterampilan-keterampilan
perseptual, motorik, kognitif dan kemampuan bahasa yang mereka miliki untuk
melakukan sesuatu.
Bagi
Erikson, masa usia 3 sampai 6 tahun, ini adalah fase bermain. Dalam fase inilah
anak-anak belajar berfantasi, belajar mentertawakan diri, mulai belajar bahwa
ada pribadi lain selain dirinya. Pada fase ini terletak fondasi anak untuk
menjadi kreatif yang akan menjadi sangat penting pada fase berikut. Pada saat
yang sama, kalau pada fase sebelumnya, anak perlu menciptakan sense of identity
sebagai seorang manusia dan kepercayaan untuk melakukan eksplorasi sendiri,
maka pada fase ini yang harus diciptakan adalah identitas diri macam apa,
terutama sehubungan dengan jenis kelamin mereka. Seperti mang Jeha bilang, anak
belajar menjadi lelaki atau perempuan bukan hanya dari alat kelamin tapi juga
dari perlakuan sekeliling pada mereka. Fase inilah konon yg berperanan besar dalam
menentukan identitas ini karena pengaruh kelamin mulai dirasakan secara
psikologis: Anak lelaki menjadi lebih sayang pada ibu dan tidak begitu senang pada
bapak sementara anak perempuan menjadi dekat bapak dan merasa disaingi ibu.
Apa yang
bisa dilakukan ortu untuk merusak fase ini? Banyak dan contohnya adalah dengan
merampok masa bermain anak dengan menyuruh mereka belajar lebih dulu dari
teman-teman seumur . Anak mulai didisiplinkan untuk menghafal angka, abjad dan
menulis bagus supaya lebih pandai dari yg lain. Kalau boleh jujur, seringkali
sebenarnya lebih banyak ambisi membuat anak pinter ini adalah untuk gengsi ortu
yang disamarkan dengan mengharapkan masa depan anak yg baik. Yang terjadi
sesungguhnya adalah mengambil masa "fun" dari anak-anak sehingga
emosi, kesenangan dan penjelajahan yang hanya tumbuh pada masa bermain ini tidak
pernah tumbuh matang.
2.1.4. Tahap Erikson : Industry vs Inferiority (Tekun
vs Rasa Rendah Diri)
·
Periode
Perkembangan : masa pertengahan dan akhir anak-anak (tahun-tahun sekolah, 6
tahun – pubertas).
·
Karakteristik
Periode
ini individu / anak berpikir intuisif / berpikir mengandalkan ilham, anak-anak
berimajinasi memperoleh kemampuan 1 langkah berpikir mengkoordinasi pemikiran
& idenya dengan peristiwa tertentu ke dalam sistem pemikirannya sendiri. System
of Operations / 1 langkah berpikir -> dasar terbentuknya intelegensi
intuitif. Erikson yakin guru mempunyai tanggung-jawab khusus bagi perkembangan
ketekunan anak-anak, guru secara lembut tetapi tegas memaksa anak-anak /
individu ke dalam pencarian untuk menemukan bahwa seseorang dapat belajar
mencapai sesuatu yang tidak ia pikirkan sendiri (perkembangan kognitif ditinjau
dari sudut karakteristiknya sudah sama dengan kemampuan kognitif orang dewasa).
Yang
berbahaya pada tahap ini adalah perasaan tidak kompeten dan tidak produktif. Sama
seperti binatang muda, sesudah merasa tenteram dekat mama-papa, maka pada
saatnya mereka mulai pergi ke alam untuk mengenalnya secara instingtif. Manusia
mudapun demikian. Apabila sampai sekitar 6 tahun anak-anak masih melakukan
eksplorasi tentang diri sendiri, maka selewat usia itu anak secara instingtif
mulai melihat ke luar dan perkembangannya mulai berhubungan dengan dunia luar.
Pada usia 6 tahun, anak mulai ke dunia di luar rumah seperti, sekolah, tetangga.
Dunia luar menjadi tempat untuk tumbuh, terutama karena pada saat inilah mereka
baru benar-benar mulai mampu berkomunikasi dengan anak lain sehingga mereka
mulai bisa membentuk kelompok. Pada masa-masa ini tidak ada hal relatif, yang
ada hanyalah kemutlakan. Semua penjahat berbaju hitam dan berwajah kotor.
Pahlawan berwajah bersih, dan bajunya terang. Kelompok saya adalah kelompok
lelaki dan kami benci/tidak menerima perempuan (dan sebaliknya), orang dewasa
selalu benar dan guru tahu segalanya. Pada usia ini anak-anak juga sangat
tertarik untuk belajar, dan sangat sulit untuk berdiam diri.
Mereka
belajar segala sesuatu, terutama yang berhubungan dengan fisik seperti
olahraga, berlari, berenang, mengumpulkan segala sesuatu dan mengembara sampai ke
batas yang disetujui. Anak-anak yang melalui fase ini dengan baik akhirnya akan
memperoleh ganjaran dengan mendapatkan sense of mastery, suatu keyakinan bahwa
mereka mampu menguasai masalah yg mereka hadapi. Syaratnya adalah bahwa
orang-orang dewasa yg mereka hormati seperti orang tua harus mendukung kegiatan
yg banyak ini karena dari dalam setiap anak memang ada keinginan untuk mengerti
dan menguasai lingkungan mereka. Kesulitan bagi anak terjadi ketika ortu tidak
mau repot dan cenderung melarang anak kemana-mana sehingga tidak terlalu
merepotkannya. Orang tua yg terlalu lelah karena bekerja dan ingin anaknya
diam, sopan dan tenang, juga merugikan pertumbuhan anaknya. Bila ini terjadi
cukup lama sehingga anak memperoleh kebiasaan untuk nonton tv daripada
mempelajari hal-hal di lingkungan mereka, maka anak-anak ini kehilangan
kesempatan untuk mengembangkan kompetensi mereka. Pada anak ini, sense of
mastery diganti oleh rasa rendah diri (inferiority) yang sangat berdampak pada
masa-masa yang akan datang. Anak-anak yang penuh rendah diri ini lebih sulit merasakan
adanya kemampuan mereka untuk mengembangkan kompetensi dalam bidang yang
penting. Orng tua yg sangat takut akan lingkungan yang tidak aman sering
mengurung anak di rumah, dan memberikan TV, atau Play Station-Sega. Hal ini
sangat sayang karena pada usia inilah anak paling siap untuk belajar secara aktif.
Untuk orang tua semacam ini, sebaiknya membahas hal ini dengan guru anaknya
karena sebenarnya pengaruh guru sangat besar pada masa-masa ini. Karena itu
pula pilihan sekolah dasar sangat penting, bukan hanya karena bangunan dan
fasilitasnya tapi juga harus melihat guru yg akan sangat mempengaruhi kompetensi
yg tercipta.
2.1.5. Tahap Erikson : Ego-Identity vs Role Confusion
(Identitas Diri vs Kekacauan Peran).
·
Periode
Perkembangan : Masa Remaja 12 - 18/20 tahun.
·
Karakteristik
Pada
tahap ini remaja / individu dihadapkan pada temuan siapa mereka? Bagaimana
mereka nantinya? Kemana tujuan mereka? Menuju dalam kehidupannya =>
Penjajakan pilihan-pilihan alternatif terhadap peran karir merupakan hal
penting.
Pada
tahap ini remaja memiliki kemampuan mengkoordinasikan baik secara serentak /
berurutan 2 ragam kemampuan kognitif.
a. Kapasitas menggunakan hipotesis.
b. Kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak,
logis dan idealisitk (berpikir tentang pemikiran itu sendiri).
Anggapan
dasar seorang remaja akan berpikir hipotesis => berpikir mengenai sesuatu
khususnya dalam pemecahan masalah dengan menggunakan dasar yang relevan dengan
lingkungan yang ia respon, memiliki perhatian ke masa depan, etika ideal, dsb.
Guru & orang tua mengetahui bahwa
kecerdasan itu melibatkan interaksi aktif antara siswa dengan dunia
disekitarnya. Oleh karenanya lingkungan siswa, seperti rumah tinggal,
seyogyanya ditata sebaik-baiknya agar memberi efek positif terhadap
perkembangan intelegensi anak. Terjadi proses asimilasi (info baru digabung dalam
pengetahuan yang ada) => pergolakan kognitif yang tajam. Sekolah sebagai
pelatihan-pelatihan intelektual, mempertahankan orientasi-orientasinya pada hal
yang komprehensif yang dirancang untuk melatih remaja secara intelektual
seperti kejuruan & sosial, dalam perkembangan fisik, kognitif dan sosial
orang tua dan guru harus terus memantau agar meningkatkan kemandirian remaja
tertantang secaara intelektual oleh tugas akademis dan menciptakan lingkungan
yang positif bagi perkembangan sosial dan emosional sebagai sesuatu yang secara
intrinsik penting dalam sekolah bagi remaja.
Fase ini
sebenarnya adalah sumber utama Erikson sehingga dia tertarik untuk
mengembangkan teori Perkembangan psikososisalnya. Tugas kita pada periode ini
mungkin adalah yang terpenting, yaitu puncak
dari semua yang selama ini sudah kita lalui dan yang akan kita gunakan untuk
"mengarungi bahtera hidup" yakni menciptakan Identitas Diri bagi
kita. Kegagalan kita akan menciptakan kerancuan identitas/peran. Apakah
Identitas-diri ini? Tak lain adalah mengenal siapa diri kita sesungguhnya dan
bagaimana diri ini melebur dengan masyarakat di sekeliling kita.
Menciptakan
Identitas Diri yang benar adalah mengumpulkan semua pengetahuan yang kita
kumpulkan sampai saat itu, dan menggabungkan semuanya menjadi suatu citradiri
yang berguna bagi masyarakat. Apakah faktor terpenting supaya tercipta
Identitas Diri yang sehat dan berguna bagi masyarakat ini? Salah satu faktor penting
yang akan menentukan Identitas Diri ini adalah hadirnya Role Model di dalam
masyarakat di mana kita hidup, yakni seseorang yang bisa dijadikan contoh.
Kehadiran
orang tua, atau guru yang hebat, menjadi sangat penting. Faktor penting lainnya
adalah adanya kejelasan bagaimana kita melangkah meninggalkan masa
anak-anak menuju kedewasaan. Di suku Indian
tertentu, anak dianggap dewasa setelah dia berhasil pergi ke padang rumput dan
membawa pulang bulu elang, ekor kerbau atau tengkorak hyena. Di suku-suku
Afrika, sunat adalah tanda bagi remaja lelaki yang sudah dianggap dewasa; dan
ternyata memang berguna secara fisik karena lebih "bersih". Remaja
wanita di Afrikapun disunat, istilah modernnya adalah Female Genital
Mutilation, walaupun manfaatnya bagi wanita kurang jelas. Intinya, yang penting
ada suatu upacara yang dengan jelas menunjukkan pada umum bahwa anak sudah
bukan anak lagi tetapi sudah menjadi dewasa dan dia dituntut untuk berlaku
dewasa.
Identitas
Diri bisa menjadi ekstrim bila para orang dewasa yang mengelilingi kita
menekankan bahwa tidak ada kompromi untuk suatu hal, dan kita berakhir dengan
menjadi fanatik. Yang paling sering difanatikkan adalah faktor agama atau
ethnik tertentu. Remaja fanatik tidak diijinkan melihat pilihan lain dan
identitas dirinya dibanjiri oleh dominasi faktor ini.
Harus
kita ingat bahwa remaja baru saja meninggalkan stage ke 4 di mana mereka tidak
melihat adanya relatifitas, yang ada hanya kemutlakan. Orang dewasa yang
berhasil mempengaruhi anak-anak pada usia rawan ini akan berhasil mendapatkan
pengikut yang sangat setia dan membabi buta. Ini sangat berhubungan erat dengan
tulisan mang Jeha tentang kelik. Kelik berdasarkan agama dan etnis adalah yang
paling kuat karena diumumkan pada publik lewat siering bahasa dan penampilan
fisik antar anggota. Mereka yang berhasil memperoleh Identitas Diri yang sehat
mencapai suatu keadaan yang dinamai Fidelity oleh erikson, yaitu suatu kelegaan
karena kita mengenal siapa diri kita, tempat kita dalam masyarakat dan
kontribusi macam apa yang kita bisa sumbangkan untuk masyarakat. Sebaliknya,
mereka yang gagal memiliki suatu Identitas Diri akan gelisah karena tidak
jelasnya identitas mereka. Orang-orang ini bisa menjadi "drifter", si
pengembara, atau si penolak (mereka bisa menolak untuk punya identitas, menolak
definisi masyarakat tentang anggota masyarakat dll) dan mereka hidup sendiri
bahkan ketika ada di tengah masyarakat.
Lagi-lagi,
dunia modern di mana orangtua sering bekerja larut malam, bercerai, bingung
menghadapi perubahan kultur dan cara hidup global, merupakan tempat subur bagi
pertumbuhan remaja gelisah. Tidak ada role model maupun upacara meninggalkan
masa kanak-kanaknya bagi remaja-remaja ini. Akhirnya, beberapa di antara mereka
mencari identitas diri dengan bergabung dalam gang-gang dan dengan kagum
melihat pemimpin gang sebagai Role Model. Untuk anggota gang, upacara yang
ditentukan oleh gang menjadi upacara yang menentukan status mereka dan
menciptakan identitas. Mereka bisa diminta membuktikan status setelah berhasil
merokok atau meminum minuman keras, atau bahkan berhubungan badan dengan
anggota lama yang berlainan sex. Kegiatan mereka menjadi merusak dan
mengkacaukan masyarakat, tapi bagi mereka itu tidak apa daripada hidup tanpa
suatu identitas. Inilah bahaya besar dari kaum remaja yang gagal melewati masa
ini dengan sukses. Sehubungan dengan perkembangan dunia modern ini, kita bisa
meramal bahwa akan makin banyak kelik dan grup-grup yang bermunculan.
Parahnya
adalah seringkali identitas kelik ini akan bertahan sampai kita tua karena
citra diri dibangun berdasarkan definisi yang dibentuk oleh kelik.
2.1.6. Tahap Erikson : Intimacy vs Isolation
(Keintiman vs Pengasingan)
·
Periode
Perkembangan : masa awal dewasa (18/19 - 30 tahun).
·
Karakteristik:
Individu
menghadapi tugas perkembangan pembentukan relasi yang akrab dengan orang lain,
Erikson menggambarkan keakraban sebagai penemuan diri sendiri, tanpa kehilangan
diri sendiri pada orang lain. Pada periode ini, individu termotivasi untuk
berhasil melalui perkembangan sosial.
Orang
tua / guru memiliki implikasi penting pada kematangan mereka (kemandirian &
kebebasan).
Perkembangan emosional, intelektual dan sosial.
Pada usia ini, kita sudah bukan lagi anak-anak atau remaja, tetapi pemuda atau
pemudi. Kita sudah dianggap dewasa dan kita dituntut untuk bertanggung jawab penuh
atas segala keberhasilan dan kegagalan kita. Tugas kita pada periode ini adalah
mengenal dan mengijinkan diri kita untuk mengenal orang lain secara sangat dekat,
atau masuk ke hubungan yang intim sedang kegagalan kita akan membuat kita
terisolasi atau mengisolasi diri dari sekeliling kita. Keintiman dapat terjadi karena
kita telah mengenal diri kita dan merasa cukup aman dengan identitas diri yang
kita miliki. Akibat dari rasa aman ini adalah mengijinkan orang lain untuk sharing
dengan kita melalui hari-hari dan malam-malam kita, mengenal kelebihan dan
kekurangan kita. Jadi, pada pokoknya Intimacy adalah hubungan dua orang yang
sudah matang dan mengenal diri masing-masing dan menciptakan suatu kesatuan
yang menghasilkan karya-karya yang lebih besar.
Kehidupan
modern yang mewarnai kota-kota besar, seringkali tidak mengijinkan kita untuk
menjalani masa pembentukan intimacy ini dengan baik. Mobilitas seperti sekolah
ke luar negeri dari satu kota ke kota lain, penugasan dari kantor ke
daerah-daerah dan perpindahan yang kita lakukan karena janji karir yang lebih baik,
adalah hal-hal yang menyulitkan kita dalam menemukan orang yang tepat bagi kita
untuk berintimacy. Akibatnya, sebagai ganti dari intimacy adalah hubungan yang
sangat superficial, didasari bukan keinginan untuk menyatu dan menciptakan
suatu hubungan yang sehat tapi hanya untuk menghilangkan kesepian.
2.1.7. Tahap Erikson : Generativity vs Stagnation
(Perluasan vs Stagnasi).
·
Periode
Perkembangan : masa pertengahan dewasa (antara pertengahan 20-an tahun sampai
50-an).
·
Karakteristik
:
Memberikan
asuhan, bimbingan pada anak-anak, individu generatif adalah seseorang yang
mempelajari keahlian, mengembangkan warisan diri yang positif dan membimbing
orang yang lebih muda.
Tugas
kita dalam fase ini adalah mengembangkan keseimbangan antara generativity dan
stagnasi. Generativity adalah rasa peduli yang sudah lebih dewasa dan luas daripada
intimacy karena rasa kasih ini telah men"generalize" ke kelompok
lain, terutama generasi selanjutnya. Bila dengan intimacy kita terlibat dalam
hubungan di mana kita mengharapkan suatu timbal balik dari partner kita, maka
dengan generativity kita tidak mengharapkan balasan. Misalnya saja, sebagian
sangat besar dari para orang tua tidak keberatan untuk menderita atau meninggal
demi keturunannya, walau perkecualian pasti ada. Begitu pula dengan orang-orang
yang melakukan pekerjaan sukarela di Salvation Army, Word Vision, Palang Merah,
Green Peace dan NGO (Non-Governmental Organization) bisa dikatakan termasuk mereka
yang memiliki Generativity ini.
Banyak
psikolog melakukan riset mengapa orang melakukan karya altruistik (berderma
atau menolong sesama) yang seringkali tidak menghasilkan apapun bagi mereka
kecuali kerugian materi, waktu dan tenaga. Sampai kini para psikolog ini belum
menemukan jawaban yang pasti dan diterima semua orang. Kalau Erikson benar,
maka kita melakukan hal yang altruistik bukan karena kita menginginkan balasan
tapi karena pertumbuhan psikologis kita menimbulkan kasih pada sesama. Kita
mungkin melakukan hal-hal yang altruistik karena kita mengharapkan dunia yang
lebih baik di masa depan yang akan menjadi masa depan anak-anak kita.
Stagnasi
adalah lawan dari generativity yakni terbatasnya kepedulian kita pada diri
kita, tidak ada rasa peduli pada orang lain. Orang- orang yang mengalami stagnasi
tidak lagi produktif untuk masyarakat karena mereka tidak bisa melihat hal lain
selain apakah hal itu menguntungkan diri mereka seketika. Kita tahu banyak
contoh orang yang setelah berusia setengah baya mulai menanyakan ke mana impian
mereka yang lalu, apa yang telah mereka lakukan dan apakah hidup mereka ada
artinya. Beberapa orang yang merasa gagal dan tidak lagi punya harapan untuk
mencapai impian mereka, pada saat-saat ini berusaha untuk merengkuh masa-masa
yang bagi mereka terlewat sia-sia.
2.1.8. Tahap Erikson : Integrity vs Despair
(Integritas dan Kekecewaan).
·
Periode
Perkembangan : masa akhir dewasa (60 tahunan).
·
Karakteristik
:
Masa
untuk melihat kembali apa yang telah kita lakukan dalam kehidupan kita, harapan
positif.
Masa ini
dimulai sekitar usia 60, ketika seseorang mulai meninggalkan masa-masa aktif di
masyarakat dan bersiap untuk hidup lebih menyendiri. Sangat berbeda dengan
rata-rata orang yang ketakutan dengan datangnya usia tua, maka bagi Erikson,
ini adalah masa yang sama pentingnya dengan fase-fase sebelumnya. Bahkan, masa
ini mungkin masa yang paling penting karena ini adalah masa terakhir di mana
kita harus bersiap untuk meninggalkan dunia ini. Tugas kita saat ini adalah
mengembangkan "ego integrity", Integritas Diri, suatu rasa harga diri
untuk tidak takut mati karena telah melalui hidup dengan
“OK”. Lawan dari rasa integritas diri ini adalah Despair
atau rasa putus asa. Orang-orang yang putus asa pada masa usia lanjut ini
ditandai dengan meluapnya rasa jijik pada diri mereka sendiri, terhadap
kegagalan mereka, cara mereka menyia-nyiakan hidup. Orang-orang ini seringkali
penuh amarah pada mereka yang juga gagal, menganggap itu hasil kebodohan
Orang-orang itu sendiri. Namun juga marah dan iri pada yang berhasil. Intinya,
sebagian besar Orang-orang ini putus asa dan memandang hidup dengan negatif.
Kenapa
putus asa? Sebab masa-masa ini memang penuh dengan hal-hal yang membuat kita
bisa sengsara secara emosional. Fisik yang makin melemah membuat banyak orang
lanjut usia makin tergantung pada orang lain. Celakanya ketergantungan ini
dibarengi oleh berkurangnya kemampuan cari uang dan menurunnya manfaat bagi
orang lain. Wanita mengalami hal khusus dengan datangnya menopause, dan banyak
yg melihat datangnya meno ini sebagai masa pintu gerbang menuju masa tua yang
dipenuhi oleh penyakit-penyakit seperti kanker payudara, kanker rahim dan
osteoporosis. Lelaki yang hidup dari respek orang sekeliling sebagai pencari
uang kini hilang kemampuan cari uangnya padahal keinginan direspek makin besar
dan menggebu-gebu.
Lalu,
teman dan saudara mulai menghilang, ada yang meninggal, ada yang pindah
diboyong keluarganya ke tempat lain dan ada yang levelnya sudah ganti (jadi jauh
lebih kaya atau jauh lebih miskin) sehingga menjadi sulit berhubungan lagi. Yang
paling berat, adalah memory dan regret. Sangat jarang ada orang tua yang tidak
menyesali masa lalunya, masa di mana mereka seharusnya melakukan hal yang
seharusnya. Rata-rata mereka berharap melakukan hal-hal yang kini akhirnya
berdampak buruk seperti bersekolah lebih giat, tidak berteman dengan si A, lebih
sayang pada anak atau menantunya, dll. Yang dahsyat dari kenangan ini adalah
bahwa mereka tidak punya kesempatan untuk memperbaiki sehingga ada penyesalan
tapi tidak ada pengobatan.
Mereka
yang berhasil mengembangkan Ego Integrity, masih memiliki penyesalan tetapi
mereka telah berdamai dengan masa lalu, menerima bahwa ada hal yang bisa mereka
lakukan dengan lebih baik, dan ada hal yang mereka telah lakukan sebaik
mungkin, dilihat dari konteks saat itu. Dan mereka ini siap apabila harus meninggal.
Kalau mereka yang "Despair" atau putus asa ini memiliki rasa
"Disdain" atau jijik pada hidup, maka mereka yang putus asa ini
menginginkan keluarganya berhasil supaya tidak seperti dia. Tetapi caranya agak
cenderung memaksa, memarahi dan menyesali sehingga membuat orang-orang di
dekatnya kebingungan melayaninya karena melakukan kesalahan terus.